AYAT AL-QUR’AN
ATAU HADIST YANG BERKAITAN DENGAN KOMUNIKASI
Dalam
ajaran Islam, berbicara bukan hanya sekedar menyampaikan pesan, akan tetapi
juga mencerminkan akhlak dan iman. Allah menggambarkan hal ini dengan sangat
indah dalam Al-Qur’an melalui perumpamaan berikut :
🕋 Ayat : QS.
Al-Isra (17) : 53
“
وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا ٱلَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ
ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ كَانَ لِلْإِنسَٰنِ عَدُوّٗا مُّبِينٗا “
Yang
artinya :
“Katakanlah
kepada hamba-hamba-Ku agar mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik
(ahsanu), karena sesungguhnya setan menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Isra: 53)
Sebagai pelengkap dari arahan Al-Qur’an mengenai pentingnya berkomunikasi dengan penuh kebaikan, Rasulullah SAW juga menegaskan prinsip serupa dalam sabdanya. Hadis ini menegaskan bahwa iman yang sejati tercermin dari sikap hati-hati dalam berbicara, yakni memilih ucapan yang baik atau menahan diri untuk diam demi menjaga keharmonisan dan kedamaian.
Hadis
: HR . Bukhari dan Muslim
مَن
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang
baik atau diam.”
(HR. Bukhari No. 6018, Muslim No. 47)
Dalam
kehidupan bermasyarakat, cara kita berkomunikasi memegang peranan yang sangat
penting. Mereka mampu membangun jembatan kepercayaan dan kasih sayang, atau
sebaliknya, memicu konflik dan permusuhan. Islam sangat memahami hal ini,
sehingga menempatkan komunikasi yang baik sebagai salah satu pilar penting
dalam kehidupan umat manusia. (Al-Qurthubi, 2002).
Allah
SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengajarkan umat-Nya agar berkata
dengan cara yang terbaik, yang dalam bahasa Arab disebut “التي هي أحسن” (yang
paling baik) sebagaimana tertulis dalam firman-Nya: “Katakanlah kepada
hamba-hamba-Ku agar mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik…” (QS.
Al-Isra’: 53). Perintah ini tidak hanya menekankan kebenaran, tetapi juga keindahan
dan kelembutan dalam penyampaian kata-kata.
Imam
Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an menjelaskan bahwa
perkataan yang baik mencegah konflik dan membuka jalan bagi rasa kasih sayang
serta persaudaraan. Dengan berbicara secara santun dan penuh hikmah, setiap
individu dapat menjaga hubungan tetap harmonis, walaupun berbeda pendapat atau
menghadapi situasi sulit.
Quraish
Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menambahkan bahwa kata-kata yang diucapkan
seorang Muslim tidak boleh hanya benar, tetapi juga tepat dalam waktu, situasi,
dan cara penyampaiannya. Bahkan dalam membantah sesuatu yang salah, harus tetap
dengan perkataan yang sopan dan tidak menimbulkan permusuhan (Shihab, 2002).
Sebaliknya,
komunikasi yang kasar, tergesa-gesa, atau mengandung hinaan justru menjadi
pintu masuk setan untuk menghasut dan memecah belah hubungan antar sesama.
Ketika kata-kata yang keluar dari lisan kita tajam dan tidak terkontrol, maka
potensi konflik semakin besar dan hubungan persaudaraan, baik dalam keluarga
maupun lingkungan kerja, menjadi retak. Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Azhim menegaskan bahwa ayat ini merupakan peringatan langsung kepada
orang beriman agar tidak terpancing emosi dalam berbicara, karena setan
mengambil peran besar dalam memperuncing perbedaan (Ibnu Katsir, 2000).
Hikmah
yang terkandung dalam Ayat ini adalah menjaga ucapan, menunjukkan bahwa lisan
adalah amanah besar yang wajib dijaga. ucapan yang tidak dijaga akan membuka
jalan bagi setan untuk mengadu domba. Dengan berkata yang terbaik (ahsanu),
seseorang akan terdorong untuk mengendalikan emosinya, memikirkan efek dari
ucapannya, dan melatih rendah hati. Ini adalah bagian dari membentuk akhlak
mulia dalam Islam.
Tidak
semua kritik harus dibalas dengan perlawanan. Kadang, cukup dengan kata-kata
yang tenang, hati yang panas bisa menjadi dingin. Contoh sederhana terjadi di
media sosial :
Seorang
teman di medsos menanggapi kritik dengan sabar : “Terima kasih masukannya. Saya
coba perbaiki ke depan, semoga sama-sama belajar ya 😊.” Alih-alih
emosi, jawaban ini bikin suasana jadi tenang. Bahkan yang tadinya memaki,
akhirnya minta maaf. Inilah makna “ucapan yang terbaik” dalam ayat ini bukan
sekadar balasan, tapi pencegah konflik.
Dalam
konteks perkuliahan, mahasiswa yang terbiasa berdiskusi dengan sopan, meski
berbeda pendapat, akan lebih disukai dan dihargai. Mereka bisa menjaga hubungan
baik dengan dosen, rekan tim, hingga organisasi kampus. Komunikasi yang ahsan
juga melatih kesabaran, kedewasaan berpikir, dan kedewasaan emosional.
Di
sisi lain, sikap reaktif, sindiran di grup diskusi, atau balasan pedas di media
sosial hanya membuka jalan bagi konflik, fitnah, bahkan permusuhan jangka
panjang. Inilah yang dikhawatirkan Allah dalam ayat ini setan menanam benih
perpecahan melalui ucapan manusia.
📑 Referensi
Jurnal Ilmiah
Al-Qurthubi,
M. A. (2006). Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), Juz 10.
Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
Ibnu
Katsir, I. (2000). Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim (Tafsir Ibnu Katsir), Juz
5. Riyadh: Darussalam.
Shihab,
M. Q. (2002). Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
Jilid 6. Jakarta: Lentera Hati.
Wekke,
I. S. (2022). Etika komunikasi dalam perspektif Al-Qur’an. Jurnal Komunikasi
dan Dakwah, 23(1), 45–58.
Fitriana,
L. (2021). Peran ayat-ayat Al-Qur’an dalam membangun etika komunikasi Muslim. Jurnal
Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 5(2), 33–47.
Mufidah,
N. (2020). Konsep kalimat thayyibah dalam komunikasi Islam. Jurnal
Al-Balagh: Komunikasi dan Penyiaran Islam, 5(2), 112–125.
Al-Ghazali,
A. H. (2005). Ihya’ Ulumuddin (Juz III). Beirut: Dar al-Fikr.
Al-Qaradawi,
Y. (1999). Etika Berkomunikasi dalam Islam. Kairo: Maktabah Wahbah.
Rakhmat,
J. (2007). Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Bandung: Remaja
Rosdakary
🖋️ Profil
Penulis
"Ilmu
bukan hanya untuk diketahui, tetapi untuk diamalkan dan dibagikan. Semangat
belajar hari ini adalah investasi keberkahan di masa depan."
Karya
ini merupakan bagian dari kontribusi untuk menyuarakan pentingnya etika
komunikasi Islami yang berlandaskan Al-Qur’an.