Senin, 30 Juni 2025

SOAL UAS KOMUNIKASI : AYAT AL-QUR’AN ATAU HADIST YANG BERKAITAN DENGAN KOMUNIKASI

AYAT AL-QUR’AN ATAU HADIST YANG BERKAITAN DENGAN KOMUNIKASI

 

 

Dalam ajaran Islam, berbicara bukan hanya sekedar menyampaikan pesan, akan tetapi juga mencerminkan akhlak dan iman. Allah menggambarkan hal ini dengan sangat indah dalam Al-Qur’an melalui perumpamaan berikut :

🕋 Ayat : QS. Al-Isra (17) : 53

“ وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا ٱلَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ كَانَ لِلْإِنسَٰنِ عَدُوّٗا مُّبِينٗا “

Yang artinya :

“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku agar mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (ahsanu), karena sesungguhnya setan menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Isra: 53)

Sebagai pelengkap dari arahan Al-Qur’an mengenai pentingnya berkomunikasi dengan penuh kebaikan, Rasulullah SAW juga menegaskan prinsip serupa dalam sabdanya. Hadis ini menegaskan bahwa iman yang sejati tercermin dari sikap hati-hati dalam berbicara, yakni memilih ucapan yang baik atau menahan diri untuk diam demi menjaga keharmonisan dan kedamaian.

Hadis : HR . Bukhari dan Muslim

مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Bukhari No. 6018, Muslim No. 47)

Dalam kehidupan bermasyarakat, cara kita berkomunikasi memegang peranan yang sangat penting. Mereka mampu membangun jembatan kepercayaan dan kasih sayang, atau sebaliknya, memicu konflik dan permusuhan. Islam sangat memahami hal ini, sehingga menempatkan komunikasi yang baik sebagai salah satu pilar penting dalam kehidupan umat manusia. (Al-Qurthubi, 2002).

Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengajarkan umat-Nya agar berkata dengan cara yang terbaik, yang dalam bahasa Arab disebut “التي هي أحسن” (yang paling baik) sebagaimana tertulis dalam firman-Nya: “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku agar mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik…” (QS. Al-Isra’: 53). Perintah ini tidak hanya menekankan kebenaran, tetapi juga keindahan dan kelembutan dalam penyampaian kata-kata.

Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an menjelaskan bahwa perkataan yang baik mencegah konflik dan membuka jalan bagi rasa kasih sayang serta persaudaraan. Dengan berbicara secara santun dan penuh hikmah, setiap individu dapat menjaga hubungan tetap harmonis, walaupun berbeda pendapat atau menghadapi situasi sulit.

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menambahkan bahwa kata-kata yang diucapkan seorang Muslim tidak boleh hanya benar, tetapi juga tepat dalam waktu, situasi, dan cara penyampaiannya. Bahkan dalam membantah sesuatu yang salah, harus tetap dengan perkataan yang sopan dan tidak menimbulkan permusuhan (Shihab, 2002).

Sebaliknya, komunikasi yang kasar, tergesa-gesa, atau mengandung hinaan justru menjadi pintu masuk setan untuk menghasut dan memecah belah hubungan antar sesama. Ketika kata-kata yang keluar dari lisan kita tajam dan tidak terkontrol, maka potensi konflik semakin besar dan hubungan persaudaraan, baik dalam keluarga maupun lingkungan kerja, menjadi retak. Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim menegaskan bahwa ayat ini merupakan peringatan langsung kepada orang beriman agar tidak terpancing emosi dalam berbicara, karena setan mengambil peran besar dalam memperuncing perbedaan (Ibnu Katsir, 2000).

Hikmah yang terkandung dalam Ayat ini adalah menjaga ucapan, menunjukkan bahwa lisan adalah amanah besar yang wajib dijaga. ucapan yang tidak dijaga akan membuka jalan bagi setan untuk mengadu domba. Dengan berkata yang terbaik (ahsanu), seseorang akan terdorong untuk mengendalikan emosinya, memikirkan efek dari ucapannya, dan melatih rendah hati. Ini adalah bagian dari membentuk akhlak mulia dalam Islam.

Tidak semua kritik harus dibalas dengan perlawanan. Kadang, cukup dengan kata-kata yang tenang, hati yang panas bisa menjadi dingin. Contoh sederhana terjadi di media sosial :

Seorang teman di medsos menanggapi kritik dengan sabar : “Terima kasih masukannya. Saya coba perbaiki ke depan, semoga sama-sama belajar ya 😊.” Alih-alih emosi, jawaban ini bikin suasana jadi tenang. Bahkan yang tadinya memaki, akhirnya minta maaf. Inilah makna “ucapan yang terbaik” dalam ayat ini bukan sekadar balasan, tapi pencegah konflik.

Dalam konteks perkuliahan, mahasiswa yang terbiasa berdiskusi dengan sopan, meski berbeda pendapat, akan lebih disukai dan dihargai. Mereka bisa menjaga hubungan baik dengan dosen, rekan tim, hingga organisasi kampus. Komunikasi yang ahsan juga melatih kesabaran, kedewasaan berpikir, dan kedewasaan emosional.

Di sisi lain, sikap reaktif, sindiran di grup diskusi, atau balasan pedas di media sosial hanya membuka jalan bagi konflik, fitnah, bahkan permusuhan jangka panjang. Inilah yang dikhawatirkan Allah dalam ayat ini setan menanam benih perpecahan melalui ucapan manusia.

 

📑 Referensi Jurnal Ilmiah

Al-Qurthubi, M. A. (2006). Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), Juz 10. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

Ibnu Katsir, I. (2000). Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim (Tafsir Ibnu Katsir), Juz 5. Riyadh: Darussalam.

Shihab, M. Q. (2002). Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 6. Jakarta: Lentera Hati.

Wekke, I. S. (2022). Etika komunikasi dalam perspektif Al-Qur’an. Jurnal Komunikasi dan Dakwah, 23(1), 45–58.

Fitriana, L. (2021). Peran ayat-ayat Al-Qur’an dalam membangun etika komunikasi Muslim. Jurnal Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 5(2), 33–47.

Mufidah, N. (2020). Konsep kalimat thayyibah dalam komunikasi Islam. Jurnal Al-Balagh: Komunikasi dan Penyiaran Islam, 5(2), 112–125.

Al-Ghazali, A. H. (2005). Ihya’ Ulumuddin (Juz III). Beirut: Dar al-Fikr.

Al-Qaradawi, Y. (1999). Etika Berkomunikasi dalam Islam. Kairo: Maktabah Wahbah.

Rakhmat, J. (2007). Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakary

 

 

🖋️ Profil Penulis

Dhea Cahya Cyntia adalah mahasiswa dengan Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyyah, Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai. Sebagai generasi muda yang tumbuh di tengah arus informasi digital, Dhea percaya bahwa literasi keislaman dan komunikasi santun sangat penting untuk dijaga, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Melalui blog ini harapannya bisa menjadi sumber inspirasi dan ilmu bagi pembaca dari berbagai kalangan, khususnya sesama pelajar dan mahasiswa. 

"Ilmu bukan hanya untuk diketahui, tetapi untuk diamalkan dan dibagikan. Semangat belajar hari ini adalah investasi keberkahan di masa depan."

Karya ini merupakan bagian dari kontribusi untuk menyuarakan pentingnya etika komunikasi Islami yang berlandaskan Al-Qur’an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOAL UAS KOMUNIKASI : AYAT AL-QUR’AN ATAU HADIST YANG BERKAITAN DENGAN KOMUNIKASI

AYAT AL-QUR’AN ATAU HADIST YANG BERKAITAN DENGAN KOMUNIKASI     Dalam ajaran Islam, berbicara bukan hanya sekedar menyampaikan pesan...